PROSES DASAR PEMBENTUKAN KOMPOS
Dalam pemupukan, kompos menjadi penting karena kompos merupakan pupuk organik yang bahan bakunya masih tersedia dalam jumlah banyak. Ketersediaan bahan baku ini penting dalam kelanjutan pembuatan. Sebagai contoh pupuk kandang tidak dapat dibuat disetiap daerah karena bahan kotoran ternak belum tentu ada disetiap dareah, berbeda dengan sampah yang dapat dikatakan selalu ada disetiap tempat. Dengan demikian, kompos dapat dibuat dimana saja.
Dengan pembuatan kompos, selain diperoleh pupuk, juga diperoleh manfaat lain yaitu mengurangi pencemaran lingkungan. Sebelum membuat kompos, perlulah mengetahui proses dasar pembentukan kompos tersebut. Karena dalam proses pembentukan kompos terjadi perubahan-perubahan sehingga zat-zat yang mulanya dalam keadaan terikat akan terurai sehingga dapat diserap oleh akar tanaman.
Dalam pengomposan, kadar abu dan humus makin meningkat. Pada perubahan selanjutnya (diakhir pembuatan kompos), akan diperoleh bahan yang berwarna merah kehitaman. Bahan dengan kondisi semacam itu sudah siap digunakan sebagai pupuk.
Adanya perubahan-perubahan hayati jasad renik tersebut akibat banyak hal. Diantaranya adalah terjadinya penguraian-penguraian bahan organik didalam pembuatan kompos. Penguraian itu juga dipengaruhi oleh banyak faktor, diantaranya sebagai berikut:
Artikel ini memiliki hak cipta, jika Anda adalah seorang pelajar dan sangat membutuhkan artikel ini untuk bahan diskusi, proposal dan sebagainya, silahkan masukkan email aktif Anda di kolom bawah, selanjutnya cek inbox Anda dan Ferivikasi..Dengan pembuatan kompos, selain diperoleh pupuk, juga diperoleh manfaat lain yaitu mengurangi pencemaran lingkungan. Sebelum membuat kompos, perlulah mengetahui proses dasar pembentukan kompos tersebut. Karena dalam proses pembentukan kompos terjadi perubahan-perubahan sehingga zat-zat yang mulanya dalam keadaan terikat akan terurai sehingga dapat diserap oleh akar tanaman.
A. Perubahan Hayati
Didalam timbunan bahan-bahan organik pada proses pembentukan kompos, terjadi aneka perubahan hayati yang dilakukan oleh jasad-jasad renik. Perubahan hayati yang penting seperti berikut ini:1. Penguraian hidratarang, solulosa, hemiselulosa, dal lain-lain menjadi CO2 dan air.Akibat perubahan tersebut, berat dan isi bahan kompos menjadi sangat berkurang. Sebagian besar senyawa N yang larut (amoniak) akan meningkat. Peningkatan ini tergantung pada perbandingan C/N bahan asal. Perbandingan C/N bahan yang semakin kecil berarti bahan tersebut mendekati C/N tanah. Idealnya, bahan sedikit lebih rendah dibanding C/N tanah.
2. Penguraian zat lemak dan lilin menjadi CO2, dan air
3. Penguraian zat putih telur, melalui amida-amida dan asam-asam amino, menjadi amoniak, CO2 dan air
4. Terjadi pengikatan beberapa jenis unsur hara didalam tubuh jasad-jasad renik, terutama nitrogen (N), fosfor (P), dan kalium (K). Unsur-unsur tersebut akan terlepas kembali bila jasad-jasad tersebut mati.
5. Pembebasan unsur-unsur hara dari senyawa-senyawa organik menjadi senyawa anorganik yang berguna bagi tanaman.
Dalam pengomposan, kadar abu dan humus makin meningkat. Pada perubahan selanjutnya (diakhir pembuatan kompos), akan diperoleh bahan yang berwarna merah kehitaman. Bahan dengan kondisi semacam itu sudah siap digunakan sebagai pupuk.
Adanya perubahan-perubahan hayati jasad renik tersebut akibat banyak hal. Diantaranya adalah terjadinya penguraian-penguraian bahan organik didalam pembuatan kompos. Penguraian itu juga dipengaruhi oleh banyak faktor, diantaranya sebagai berikut:
1. Kandungan lignin, malam (wax), damar, dan senyawa sejenis dalam bahan asal, jika bahan asal semakin banyak mengandung zat-zattersebut, akan semakin baik pula penguraian dan efek sampingnya akan semakin banyak juga bagian yang menjadi kompos.
2. Sifat dan Ukuran Bahan Asal
Semakin halus dan kecil bahan baku kompos, maka penguraianya akan semAkin cepat dan hasilnya lebih banyak. Dengan semakin kecilnya bahan, bidang permukaan bahan yang terkena bakteri pengurai akan semakin luas sehingga proses pengomposan dapat berlangsung lebih cepat. Sebaliknya, bila bahan baku berukuran besar, permukaan yang terkena bakteri lebih sempit sehingga proses pengomposan lebih lama. Itulah sebabnya kita harus memotong-motong atau mencacah bahan baku yang akan digunakan sebagai pupuk kompos.
3. Kandungan Nitrogen (N) Bahan Asal
Semakin banyak kandungan senyawa (N), bahan baku akan semakin cepat terurai. Hal ini disebabkan oleh jasad-jasad renik pengurai memerlukan senyawa N untuk perkembanganya. Bisa dipahami jika dalam pembuatan kompos diperlukan tambahan pupuk kandang atau pupuk N buatan secukupnya.
4. Kadar pH pada Timbunan Kompos
Semakin tinggi kadar pH dalam timbunan kompos, maka akan semakin cepat terjadi penguraian bahan. Untuk memperoleh kadar pH tinggi, timbunan kompos perlu ditambah dengan kapur atau abu dapur.
5. Air dan Udara (O2)
Apabila kurang mengandung air, timbunan bahan akan mudah bercendawan. Hal ini jelas merugikan karena penguraian bahan menjadi sangat lambat dan tidak sempurna. Namun, jika kandungan airnya berlebihan juga tidak baik karena keadaan menjadi anaerob. Keadaan seperti ini tidak menguntungkan bagi kehidupan jasad renik pengurai. Jadi, kelembapan timbunan bahan kompos harus diijaga agar seimbang, tidak terlalu becek dan tidak terlalu kering.
6. Variasi Bahan
Semakin bervariasi bahan baku yang digunakan dalam pembuatan kompos, maka penguraianya relatif lebih cepat dibandingkan bahan baku yang sejenis.
7. Suhu
Timbunan bahan kompos akan lebih cepat mengalami penguraian bila suhunya tepat. Suhu ideal untuk proses pengomposan adalah 30-45 C
B. Pedoman Teoritis
Mengingat banyak perubahan yang terjadi didalam timbunan bahan kompos, maka perlu diperhatikan sejumlah pedoman berikut ini:1. Persenyawaan zat arang (C) yang mudah diubah harus secepat mungkin diubah secara sempurna. Untuk itu, diperlukan banyak udara dalam timbunan bahan kompos. Proses tersebut bisa dipercepat dengan campuran kapur dan fosfat atau dengan campuran zat lemas secukupnya. Zat lemas yang digunakan harus mempunyai perbandingan C/N kecil, misalnya sampah dedaunan, sampah dapur, ampas kopi, ampas teh, sampah buah, kotoran kuda, dan kotoran sapi.
2. Persenyawan zat lemas sebagian besar harus diubah menjadi persenyawaan amoniak, tidak hanya terikat sebagai putih telur ditubuh bakteri. Untuk itu, diperlukan perbandingan C/N yang baik. Jika perbandingan C/N besar, maka persenyawaan zat lemas organik didalam bahan baku itu sangat sedikit sehingga tidak akan terjadi pembebasan amoniak.
3. Jika perbandingan C/N-nya kecil, maka akan banyak amoniak dibebaskan oleh bakteri. Disini, NH3 didalam tanah segera diubah menjadi nitrat yang mudah diserap tanaman. Dengan demikian, harus diusahakan hasil terakhir pengomposan tidak terlalu banyak mengandung bakteri.
4. Pengomposan disebut baik jika zat lemas yang hilang tidak terlalu banyak. Hal ini bisa dilakukan dengan cara yang disebut denitrifikasi dan pembasuhan nitral. Dengan cara ini kemungkinan hilang atau menguapnya zat lemas sebagai gas NH3 atau gas N bisa dicegah atau dikurangi.
5. Sisa-sisa pupuk sebagai bunga tanah harus diusahakan sebanyak mungkin. Ini mengingat kompleks putih telur dan lignin merupakan hasil akhir dari pembuatan kompos yang sangat penting. Agar kadar bunga bertambah, diperlukan bahan baku kompos yang banyak mengandung lignin, misalnya jerami yang berkadar 16-18%
6. Pengomposan disebut baik jika bersenyawan kalium dan fosfor berubah menjadi zat yang mudah diserap tanaman. Dalam proses pengomposan, sebagian besar kalium dalam bentuk yang mudah larut sehingga sekitar 90-100% kalium itu mudah diserap tanaman. Bagaimana dengan fosfor dalam pengomposan?, jasad-jasad renik menghisap sebagian fosfor untuk membentuk zat putih telur dalam tubuhnya. Jika pembuatan kompos berlangsung baik, maka 50-60% fosfor akan berupa bentuk larut sehingga mudah diserap tanaman.