PUPUK KOMPOS
Tuesday, June 3, 2014

Faktor Yang Mempengaruhi Pembentukan Kompos

Pada dasarnya, pembentukan kompos tidaklah rumit. Hanya dengan menumpuk bahan-bahan organik maka bahan-bahan tersebut akan menjadi kompos dengan sendirinya. Namun, proses tersebut akan berlangsung lama, dengan mengetahui perubahan-perubahan yang terjadi saat pembentukan kompos, maka pembentukan kompos dapat dapat berlangsung lebih cepat. Dengan melihat perubahan-perubahan yang terjadi, kecepatan atau keberhasilan dalam pembuatan dalam pembuatan kompos akan dipengaruhi oleh beberapa faktor, seperti bahan baku, suhu dan kelembapan.

A. Bahan Baku
Kompos menjadi penting sebab memanfaatkan kekayaan alam yang semula terbuang. Alam telah menyediakan bahan bakunya secara berlimpah. Kita dapat memanfaatkan sisa-sisa tanaman yang terbuang, jerami, dan sampah hijau sebagai pupuk, tentunya setelah bahan tersebut berubah menjadi kompos.

Meski hampir semua bahan organik bisa dimanfaatkan, tetapi beberapa diantaranya tidak boleh digunakan sebagai bahan pembuatan kompos, sebab dapat menimbulkan bau busuk dan mengundang bibit penyakit pestisida.
Berikut beberapa contoh bahan yang harus kita hindari:
  1. Daging, tulang, dan duri-duri ikan.
  2. Produk-produk yang berasal dari susu
  3. Sisa-sisa makanan berlemak, seperti sampah salad
  4. Rumput liar dengan biji yang matang. Namun masih ada tahapan selanjutnya jika kita ingin tetap memanfaatkanya, yakni dengan melakukan pemanasan terhadap biji-biji tersebut agar mati. Caranya bisa dengan membungkus biji tersebut dengan kantung sampah plastik hitam dan membiarkanya terpanggang oleh matahari selama 3-4 hari.
  5. Kotoran hewan piaraan anjing dan kucing
  6. Kulit-kulit keras biji kenari, arang dan abu arang, abu rokok
  7. Potongan tanaman dan rerumputan yang telah tercemar oleh barang-barang kimia atau terkena hama.
Kecepatan suatu bahan menjadi kompos dipengaruhi oleh kandungan C/N. Semakin mendekati C/N tanah, maka bahan tersebut akan lebih cepat menjadi kompos. Tanah pertanian yang baik mengandung perbandingan unsur C dan N yang seimbang.  Keseimbangan yang baik adalah C/N = 10/12 atau C:N = 10 ; 12. Contoh: Perbandingan C/N sejumlah bahan baku kompos dapat dilihat pada tabel dibawah ini.

Bahan
C/N
Kayu (tergantung jenis dan umurnya)
+200 : 400
Pangkasan pohon (tergantung pada jenis dan umurnya)
15   : 60
Jerami padi
50   : 70
Daun kering (tergantung pada jenisnya)
50   : 1+
Daun segar (tergantung pada jenisnya)
10   : 20
Kulit buah kapuk
1      : 50
Kulit buah kopi
15    : 20
Bahan pemangkasan pohon the
15   : 17
Tangkai jagung
60  :  1
Bahan pupuk hijau, besar, tidak terlalu tua
1     :20
Daun dadap masih muda
1     : 11
Daun tephrosia masih muda
1     : 11
Bungkil dari biji kapuk
1     : 10
Bungkil biji kacang
1     :   7
Salvia
1     : 17
Humus
10   :   1
Kotoran sapi
20   :   1
Kotoran kuda
25   :   1
Kotoran unggas
10   :   1
Kertas koran
50-200 : 1
Bahan-bahan tersebut diatas harus dikomposisikan terlebih dahulu sebelum digunakan agar C/N bahan menjadi lebih rendah. Itulah sebabnya mengapa bahan-bahan organik tidak bisa langsung dibenamkan atau ditanam dalam tanah begitu saja dan terurai sendiri.
Alasan lainya yaitu: Struktur bahan organik segar amat kasar, daya ikatnya terhadap air sangat lemah sehingga bila langsung dibenamkan ketanah, tanah langsung berderai. Hal ini mungkin baik untuk tanah-tanah yang berat, tetapi berakibat buruk bagi tanah-tanah yanh ringan (seperti tanah berpasir).

Selain kandungan C/N dalam bahan, permukaan bahan (besar kecilnya bahan) juga mempengaruhi kecepatan pengomposan. Oleh karenanya, untuk mempercepat proses tersebut permukaan bahan perlu diperkecil dengan cara dipotong atau dicacah. Ukuran yang ideal antara 4-5 cm. Bahan tersebut dapat dipotong secara manual (dengan parang atau pisau) atau dapat pula dengan alat pemotong modern.

B. Suhu
Menjaga kestabilan suhu (mempertahankan panas) pada suhu ideal (40-50*C) sangat penting dalam pembuatan kompos. Salah satu caranya dengan menimbun bahan sampai ketinggian tertentu, idealnya 1,25 -2 m. Timbunan yang terlalu pendek atau rendah akan menyebabkan panas panas mudah/cepat menguap. Hal ini disebabkan tidak adanya bahan material yang digunakan untuk menahan panas dan menghindari pelepasan panas.

Suhu (panas) yang kurang akan menyebabkan bakteri pengurai tidak bisa berbiak den bekerja secara wajar. Dengan demikian, pembuatan kompos akan berlangsung lebih lama.
Sebaliknya, timbunan bahan terlalu tinggi membuat bahan-bahan menjadi memadat, suhu menjadi terlalu tinggi dan udara didasar timbunan menjadi berkurang. Suhu yang terlalu tinggi bisa membunuh bakteri pengurai. Adapun kondisi yang kekurangan udara dapat memicu pertumbukan bakteri anaerobik (menimbulkan bau tidak enak).

C. Nitrogen
Nitrogen adalah zat yang dibutuhkan bakteri penghancur untuk tumbuh dan berkembang biak. Timbunan bahan kompos yang kandungan nitrogenya terlalu sedikit (rendah) tidak menghasilkan panas, sehingga pembusukan bahan -bahan menjadi terhambat.

Oleh karenanya, semua bahan dengan kadar C/N yang tinggi seperti kayu, biji-bijian keras, dan tanaman menjalar harus dicampur dengan bahan-bahan berair. Pangkasan daun dari kebun dan sampah-sampah lunak dari dapur sangat tepat digunakan sebagai bahan pencampur. Apabila tidak tersedia bahan-bahan yang mengandung nitrogen, bahan kompos bisa ditambah dengan berbagai pupuk organik seperti pupuk kandang.

D. Kelembapan
Kelembapan didalam timbunan kompos mutlak harus dijaga. Kelembapan yang tinggi (bahan dalam keadaan becek) akan mengakibatkan volume udara menjadi berkurang. Semakin basah timbunan bahan maka kegiatan mengaduk harus semakin sering dilakukan. Dengan demikian, volume udara terjaga stabilitasnya dan pembiakan bakteri anaerobik bisa dicegah.

Sampah-sampah hijau umumnya tidak membutuhkan air sama sekali pada awal pembuatan kompos. Namun, pada dahan dan ranting kering serta rumput-rumput harus diberi air pada saat membuat timbunan kompos. Secara menyeluruh, kelembapan timbunan harus mencapai 40-60% atau keadaanya selembab karet busa yang diperas.

Timbunan kompos akan mulai berasap saat panas mulai timbul. Pada saat itu, bagian tengah mungkin menjadi kering. Jika hal itu terjadi, proses pembusukan bisa berhenti secara mendadak. Untuk mencegah hal ini terjadi, panas dan kelembapan dalam timbunan perlu di kontrol. Caranya bisa dengan menusukkan tongkat kedalam timbunan. Jika tongkat itu hangat dan basah serta tidak tercium bau busuk berarti proses pengomposan berjalan dengan baik.

Artikel ini memiliki hak cipta, jika Anda adalah seorang pelajar dan sangat membutuhkan artikel ini untuk bahan diskusi, proposal dan sebagainya, silahkan masukkan email aktif Anda di kolom bawah, selanjutnya cek inbox Anda dan Ferivikasi..

Masukkan Email Anda: